Dua pertanyaan sama yang sering ditanyakan
orang adalah, “Mengapa aku menunda ini?” dan “Mengapa aku tidak bisa berhenti
menunda?”.
Jika Anda ingin mengatasi penundaan, Anda
harus tahu mengapa Anda melakukan sesuatu dan dari sana bisa mengetahui apa motif atau motivasi
Anda yang sebenarnya. Ahli psikologi menyebutnya keuntungan sekunder.
Salah satu faktor yang membuat orang suka
menunda adalah karena terlalu fokus dengan kesempurnaan. Mereka merasa takut
memulai kalau segala sesuatunya tidak sempurna. Perlu Anda ketahui bahwa
kesempurnaan itu hanyalah ilusi yang tak pernah ada. Tidak ada yang sempurna di
dunia ini. yang ada hanyalah sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi. Kalau
Anda menunggu sesuatu sampai sempurna, Anda akan selalu menunda karena tidak
ada perhitungan konkrit mengenai kesempurnaan layaknya perhitungan matematika.
Salah satu faktor lainnya adalah Anda takut
merasa ditolak. Karena takut ditolak, Anda pun menuntut segalanya harus
sempurna. Akibatnya Anda suka menunda. Anda ingin terlihat sempurna seperti
bidadari cantik turun dari truk pasir supaya semua orang bisa menerima Anda.
Satu komentar buat Anda, MUSTAHIL. Setiap orang pasti pernah ditolak. Itu
adalah hal pasti.
Faktor lainnya adalah takut gagal sehingga
Anda terlalu fokus menunggu segalanya menjadi sempurna agar tidak gagal.
ingatlah bahwa segala sesuatu yang terlihat sempurna pun pasti ada sedikit
cacat. Ketika kapal mewah Titanic berlayar pertama kalinya, kapal itu disebut
sebagai kapal sempurna yang takkan bisa tenggelam. Tapi apa yang terjadi? Kapal
itu malah menabrak karang es hingga akhirnya tenggelam seluruhnya di samudera
Atlantik dan menelan korban jiwa ribuan orang.
Faktor lain yang mendukung terjadinya
penundaan (tunda lagi...tunda lagi), adalah orang selalu menghubungkan
kegagalan dengan rasa sakit.
Tak ada orang yang suka dengan kegagalan.
Kegagalan diibaratkan sebagai makhluk buas dengan wajah mengerikan yang membuat
Anda lebih baik menjauh sejauh-jauhnya, bila perlu sampai ke planet Mars.
Kegagalan selalu diartikan buruk, jelek, tidak baik, sial. Pokoknya segala yang
negatif menjadi cap yang tertanam pada kegagalan.
Ingat juga yang satu ini. Kalau Anda tidak
ingin gagal, satu-satunya resep manjur adalah jangan pernah sukses. Sukses dan
gagal selaju berjalan berdampingan. Gagal itu sesuatu yang wajar bila ingin
sukses. Lihat saja kisah orang-orang sukses, apakah mereka tidak pernah gagal
sama sekali? Bahkan kegagalan yang dialami terlalu banyak sampai tak terhitung.
Itulah harga yang harus dihadapi kalau ingin sukses. Kalau tidak mau, urungkan
saja niat tersebut.
Jadi, daripada membayangkan rasa sakit
terkait kegagalan yang membuat Anda terlalu banyak berpikir hingga terus
menunda, lebih ubah pemikiran tersebut. Ubah makna dari kegagalan tersebut.
Anggap saja gagal sebagai proses belajar untuk menjadi lebih baik. Gagal adalah
tanda bahwa Anda harus mengambil cara lain karena cara lama tidak berhasil.
Kalau Anda punya pemikiran seperti itu, gagal tidak akan menakuti Anda lagi.
Jadi ketika Anda tergoda untuk menunda,
tanyakan, “Aku menghindari apa dengan menunda ini?”, “Apa keuntungannya
penundaan ini?”, “Apa manfaatnya kalau aku menunda?”, “Apakah aku suka ditekan
oleh deadline yang membuat aku kebakaran jenggot?”, “Apakah aku suka menunggu
situasi yang sempurna?”
Dengan begitu, Anda akan menyadari efek buruk
dari penundaan itu sehingga Anda bisa meredamnya sedini mungkin. Efek tersebut
akan membuat Anda segera menjauhinya hingga Anda tidak menunda lagi. Pertanyaan yang tepat akan mengarahkan tindakan yang tepat.
Semoga dengan mengetahui faktor penyebab
penundaan dan mengetahui resep mengatasinya, Anda bisa menjadi lebih produktif dan berkontribusi lebih
banyak demi kemajuan diri Anda.
Semoga bermanfaat dan salam.
------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment