Suatu
ketika, seekor ular sedang berjalan-jalan di hutan. Di tengah perjalanan,
sampai di sebuah rumah yang dihuni tukang kayu. Tidak terlihat siapa pun di
tempat kerja si tukang kayu. Tapi semua peralatan tergeletak berserakan di
lantai karena tukang kayu tersebut sedang beristirahat.
Lalu
ia berkeliling sekitar tempat kerja tukang kayu. Karena tidak hati-hati badan luar
bersenggolan dengan mata gergaji. Tentu saja si ular meringis kesakitan. Rasa
sakit ini membuatnya marah.
Ia
merasa paling hebat, karena bisa racunnya dapat membunuh orang. Berani sekali
sebuah gergaji melukai dirinya. Dengan membuka mulut seolah mau menerkam, ia
menyerang gergaji tersebut.
Akibatnya
mulut si ular terluka dan berdarah karena terkena mata gergaji yang tajam. Si
ular semakin marah dan dendam. Diterkamnya lagi gergaji tersebut. Ular makin
kesakitan karena mulutnya robek dan mengeluarkan banyak darah.
Si
ular tak terima. Dendamnya makin kuat. Meski mulutnya berdarah, ia terus
menerkam gergaji tersebut. Akhirnya karena luka yang parah dan banyak darah
yang keluar, akhirnya si ular mati.
Pembaca
sekalian,
Siapa
pun pasti pernah marah. Tidak sedikit pula yang bahkan dendam sampai tujuh
turunan. Mungkin Anda pernah mengalami ini, di mana Anda sangat marah. Kalau
tidak membalasnya, Anda tidak akan puas.
Tapi
tahukah Anda, bahwa ketika Anda marah apalagi dendam, biasanya Anda akan stres
memikirkan kejadian tersebut. Stres karena marah ini membuat Anda tidak bisa
menjalani hari-hari dengan tenang. Pikiran Anda terus dibakar amarah yang tak
kunjung reda. Apakah Anda bisa tenang dengan pikiran seperti itu?
Sama
seperti ular pada cerita di atas. Si ular berusaha membalas dendam dengan
menerkam gergaji, tapi malah mati kehabisan darah.
Marah
membuat kita tak bisa mengendalikan diri dan emosi. Lihatlah orang-orang yang
marah besar. Biasanya perbuatan mereka sudah diluar batas; mulai dari
berteriak, memaki dengan kata kasar, berkelahi bahkan membunuh. Lihat saja
berita pembunuhan. Hanya karena marah yang tak terkendali, pembunuhan pun
terjadi. Dan pelakunya baru sadar setelah itu.
Marah
itu mirip-mirip narkoba yang bisa membuat Anda lupa diri.
Di
Singapura ada seorang wanita yang mencurigai suaminya yang mulai suka pulang
malam. Dan ketika ia menuju ke showoom mobil mewah tempat suaminya bekerja, ia
melihat suaminya sedang berbincang dengan seorang wanita. Tidak ada hubungan
apa pun di antara mereka, hanya sebatas rekan kerja yang kebetulan sedang
lembur. Tapi karena amarah, itrinya jadi kelewat batas.
Apa
yang terjadi kemudian? Istrinya langsung mengamuk lalu menghancurkan semua
mobil mewah . Kaca-kaca gedung juga hancur berantakan.
Di
persidangan, wanita ini dinyatakan bersalah dan harus membayar semua kerugian.
Karena biayanya sangat banyak, wanita ini pun jadi syok berat.
Lihat
sendiri, ketika kita marah, kita seperti bukan orang lain. Kita seperti orang
asing di mata orang lain. Bahkan dendam menjadikan kita seperti orang yang
dirasuki monster. Kita pun jadi nekad melakukan apa pun. Biasanya kerugian akan
datang dari perbuatan kita. Dan saat itu, kita baru sadar, syok dan makin
depresi, bertanya-tanya kenapa bisa seperti ini.
Lain
kali kalau ingin melampiaskan amarah, kendalikan diri Anda. Yang paling baik
adalah relakan. Biarkan amarah dan dendam itu pergi dari diri Anda meski kadang
Anda tak bisa terima ini.
Anda
marah karena dilukai orang lain, cukuplah sekali saja. Anda ingat lagi kejadian
itu, berarti Anda melukai diri dua kali. Anda ingat seratus kali, Anda melukai
diri seratus kali. Anda ingat sepanjang hari, Anda melukai diri sepanjang hari.
Anda ingin sekali melempar api amarah pada pelaku, tapi Anda terus membiarkan
api tersebut membakar hati Anda. Ini yang cukup berbahaya.
Jika
Anda bisa mengendalikan amarah atau bahkan tidak dendam, hidup dan hati Anda
pasti lebih tenang.
Salam.
--------------------------------------------------------
Joss
ReplyDelete