Social Icons

Pages

July 7, 2013

Dendam Hanya Akan Melukai Diri Sendiri

Suatu ketika, seekor ular sedang berjalan-jalan di hutan. Di tengah perjalanan, sampai di sebuah rumah yang dihuni tukang kayu. Tidak terlihat siapa pun di tempat kerja si tukang kayu. Tapi semua peralatan tergeletak berserakan di lantai karena tukang kayu tersebut sedang beristirahat.

Lalu ia berkeliling sekitar tempat kerja tukang kayu. Karena tidak hati-hati badan luar bersenggolan dengan mata gergaji. Tentu saja si ular meringis kesakitan. Rasa sakit ini membuatnya marah.

Ia merasa paling hebat, karena bisa racunnya dapat membunuh orang. Berani sekali sebuah gergaji melukai dirinya. Dengan membuka mulut seolah mau menerkam, ia menyerang gergaji tersebut.

Akibatnya mulut si ular terluka dan berdarah karena terkena mata gergaji yang tajam. Si ular semakin marah dan dendam. Diterkamnya lagi gergaji tersebut. Ular makin kesakitan karena mulutnya robek dan mengeluarkan banyak darah.

Si ular tak terima. Dendamnya makin kuat. Meski mulutnya berdarah, ia terus menerkam gergaji tersebut. Akhirnya karena luka yang parah dan banyak darah yang keluar, akhirnya si ular mati.

Pembaca sekalian,

Siapa pun pasti pernah marah. Tidak sedikit pula yang bahkan dendam sampai tujuh turunan. Mungkin Anda pernah mengalami ini, di mana Anda sangat marah. Kalau tidak membalasnya, Anda tidak akan puas.

Tapi tahukah Anda, bahwa ketika Anda marah apalagi dendam, biasanya Anda akan stres memikirkan kejadian tersebut. Stres karena marah ini membuat Anda tidak bisa menjalani hari-hari dengan tenang. Pikiran Anda terus dibakar amarah yang tak kunjung reda. Apakah Anda bisa tenang dengan pikiran seperti itu?

Ada satu kutipan yang bagus, dendam itu seperti berusaha melempari orang dengan api, tapi sebelum sempat melempar, kita sudah terbakar duluan.

Sama seperti ular pada cerita di atas. Si ular berusaha membalas dendam dengan menerkam gergaji, tapi malah mati kehabisan darah.

Marah membuat kita tak bisa mengendalikan diri dan emosi. Lihatlah orang-orang yang marah besar. Biasanya perbuatan mereka sudah diluar batas; mulai dari berteriak, memaki dengan kata kasar, berkelahi bahkan membunuh. Lihat saja berita pembunuhan. Hanya karena marah yang tak terkendali, pembunuhan pun terjadi. Dan pelakunya baru sadar setelah itu.

Marah itu mirip-mirip narkoba yang bisa membuat Anda lupa diri.

Di Singapura ada seorang wanita yang mencurigai suaminya yang mulai suka pulang malam. Dan ketika ia menuju ke showoom mobil mewah tempat suaminya bekerja, ia melihat suaminya sedang berbincang dengan seorang wanita. Tidak ada hubungan apa pun di antara mereka, hanya sebatas rekan kerja yang kebetulan sedang lembur. Tapi karena amarah, itrinya jadi kelewat batas.

Apa yang terjadi kemudian? Istrinya langsung mengamuk lalu menghancurkan semua mobil mewah . Kaca-kaca gedung juga hancur berantakan.

Di persidangan, wanita ini dinyatakan bersalah dan harus membayar semua kerugian. Karena biayanya sangat banyak, wanita ini pun jadi syok berat.

Lihat sendiri, ketika kita marah, kita seperti bukan orang lain. Kita seperti orang asing di mata orang lain. Bahkan dendam menjadikan kita seperti orang yang dirasuki monster. Kita pun jadi nekad melakukan apa pun. Biasanya kerugian akan datang dari perbuatan kita. Dan saat itu, kita baru sadar, syok dan makin depresi, bertanya-tanya kenapa bisa seperti ini.

Lain kali kalau ingin melampiaskan amarah, kendalikan diri Anda. Yang paling baik adalah relakan. Biarkan amarah dan dendam itu pergi dari diri Anda meski kadang Anda tak bisa terima ini.

Anda marah karena dilukai orang lain, cukuplah sekali saja. Anda ingat lagi kejadian itu, berarti Anda melukai diri dua kali. Anda ingat seratus kali, Anda melukai diri seratus kali. Anda ingat sepanjang hari, Anda melukai diri sepanjang hari. Anda ingin sekali melempar api amarah pada pelaku, tapi Anda terus membiarkan api tersebut membakar hati Anda. Ini yang cukup berbahaya.

Jika Anda bisa mengendalikan amarah atau bahkan tidak dendam, hidup dan hati Anda pasti lebih tenang.

Salam.
--------------------------------------------------------

1 comment: