Suatu ketika, ada dua orang tua abang adik
yang tinggal di apartemen di lantai 50. Suatu hari, ketika pulang, lift di
apartemen mereka rusak, sehingga mau tak mau mereka harus menaiki tangga.
Setelah bersusah payah naik tangga sampai di
lantai 20, capek dan napas ngos-ngosan, mereka memutuskan untuk meninggalkan
tas bawaan dan bermaksud mengambilnya esok hari. Alasan mereka adalah tas yang
mereka bawa sangat memberatkan dan menyulitkan mereka naik ke atas.
Ketika mereka sudah mencapai lantai 30, kedua
orang tua ini mulai mengeluh kecapekan. Ia terus menggerutu sepanjang tangga.
Dan akhirnya mereka mulai berdebat dan sedikit bertengkar.
Lalu mereka mencapai lantai 40. Tinggal 10
lantai lagi dan mereka akan tiba di kamarnya. Mereka pun menyadari ini, dan
akhirnya berhenti bertengkar. Mereka kini menaiki tangga tanpa mengeluarkan
suara apa pun kecuali suara napas berat yang terengah-engah.
Dan akhirnya mereka pun menginjakkan kaki di
lantai 50. Mereka menghela napas lega dan kemudian bergegas menuju pintu kamar
mereka. Lalu mereka berdua berdiri diam tanpa bergerak. Mereka saling
memandang, lalu menggelengkan kepala dengan wajah kecewa dan kesal.
Kenapa?
Karena ternyata kunci pintu apartemen ada di
dalam tas yang mereka tinggalkan di lantai 20.
Dengan penuh kesal dan amarah yang memuncak,
mereka berdua terpaksa kembali turun dan pertengkaran pun tidak terelakkan.
Pembaca sekalian,
Kunci pintu apartemen dalam cerita di atas
merefleksikan peluang-peluang yang pernah kita temui sepanjang hidup ini.
Ketika peluang datang, ada tiga tipe orang.
Tipe pertama adalah menolaknya mentah-mentah.
Mereka langsung membuang peluang itu jauh-jauh.
Tipe kedua adalah mengambil peluang itu, tapi
dibiarkan begitu saja tanpa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Tipe ketiga adalah mereka yang mengambil
peluang itu dan mengubahnya menjadi keberhasilan.
Kedua orang tua dalam cerita di atas termasuk
tipe pertama, di mana mereka meninggalkan tas itu dengan maksud untuk diambil
esok hari.
Begitu pula orang-orang yang masuk tipe
pertama adalah mereka yang tidak mau menerima peluang yang datang. Mereka
menutup mata dan hati terhadap setiap peluang. Orang-orang tipe pertama ini juga
termasuk mereka yang menunda untuk menerima peluang. Mereka merasa masih ada
esok hari. Dan ketika mereka ingin mengambilnya, peluang itu sudah pergi jauh
atau diambil orang lain. Dan hasilnya adalah kekecewaan, seperti yang di alami
kedua orang tua pada cerita di atas yang kecewa karena telah meninggalkan tas
di lantai 20.
Saya percaya setiap orang diberikan
kesempatan dalam bentuk sebuah peluang. Hanya saja tidak semua orang bisa
melihat sesuatu di balik peluang itu. Bukannya melihat apa yang ada di balik
peluang itu, mereka malah melihat perubahan yang bakal terjadi jika mengambil
peluang itu.
Setiap peluang yang bisa mengubah hidup,
pasti akan membawa perubahan. Dan perubahan inilah yang tidak siap dihadapi
semua orang. Mereka yang suka kenyamanan (terjebak di zona nyaman), biasanya
takut menerima peluang, karena bagi mereka, peluang adalah keluarnya diri
mereka dari kenyamanan yang dinikmati saat ini. Mereka merasa tidak enak.
Makanya mereka lebih memilih cuek dengan peluang itu.
Ingatlah, begitu Anda membuang peluang, pasti
akan diambil orang lain. Dan ketika mereka berhasil, jangan iri. Karena Anda
seharusnya seperti mereka jika mau mengambil peluang itu. Jangan seperti ke dua
orang tua di atas yang meninggalkan tas mereka karena tidak nyaman (berat).
Jangan membuang peluang hanya karena Anda tidak nyaman (harus menghadapi
perubahan).
Semoga bermanfaat dan salam.
-------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment