Sepasang suami
istri mendatangi Universitas Harvard di Amerika Serikat. Mereka berniat menemui
pimpinan universitas tersebut. Sang sekretaris menatap mereka sekilas.
Penampilan sumai istri tersebut lebih mirip seperti orang kampung, dengan
pakaian yang hampir usang. Penampilan mereka tidak kelihatan seperti orang
terpandang. Sang sekretaris memandang rendah mereka.
“Ada perlu apa?”
tanya sekretaris itu dingin.
“Kami ingin
menemui pimpinan Anda,” balas pria itu diikuti anggukan istrinya.
“Beliau sibuk
sekali hari ini, lain kali saja datang kemari.” Sekretaris itu terlihat malas
meladeni mereka.
Sang wanita itu
menjawab, “Baiklah. Kami akan menunggu.”
Sekitar 4 jam
kemudian, mereka masih belum menyerah. Mereka tetap menunggu. Sekretaris
akhirnya menyerah dan menghubungi pimpinannya. Akhirnya pimpinan tersebut
menemui suami istri itu.
Sang wanita
langsung menjelaskan kedatangan mereka. “Kami memiliki seorang putra yang
kuliah di sini. Tapi ia meninggal setahun yang lalu karena kecelakaan. Jadi
kami bermaksud mendirikan peringatan untuknya di kampus ini.”
Sang pimpinan
buru-buru memotong, “Maaf,Nyonya. Kami tidak bisa mendirikan tugu peringatan
untuk setiap mahasiswa di sini. Bisa-bisa tempat ini berubah jadi kuburan.”
“Bukan, bukan.”
Sang wanita meralat. “Maksud kami adalah kami ingin mendirikan sebuah gedung
untuk Harvard.”
Sang pimpinan
berkata tertawa. “Gedung? Apa kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Lebih
dari 7,5 juta dolar. Apa kalian punya uang sebanyak itu?” Sang pimpinan merasa sudah
menang.
Suami istri itu
terdiam. Lalu sang istri menoleh pada suaminya dan berkata, “Kalau hanya
sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, kenapa kita tidak bangun
sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Sang pimpinan menatap mereka dengan penuh
keheranan.
Lalu suami istri
yang bernama Mr. dan Mrs. Lelan Stanford beranjak pergi dan menuju ke Palo
Alto, California dan di sanalah mereka mendirikan sebuah universitas yang
menyandang nama mereka sebagai peringatan untuk anaknya.
Mungkin Anda semua
sudah kenal dengan universitas ini, yaitu Stanford University. Universitas ini
termasuk universitas favorit kelas atas di AS, dan masuk ke dalam Ivy League.
Di zaman sekarang
ini, kita sering terlalu silau oleh penampilan yang dikenakan orang lain. Kita
selalu menilai orang dengan penampilan necis adalah orang-orang kaya dan
terpandang, padahal tidak sepenuhnya benar. Bisa jadi mereka adalah orang-orang
biasa yang berusaha terlihat kaya dengan berpenampilan seperti orang kaya.
Padahal
kenyataannya tidak semua orang kaya berpenampilan super mewah. Lihat saja bos
besar facebook, Mark Zuckerberg yang penampilannya sangat sederhana. Mobil yang
dikendarainya bukan mobil sport super mewah. Rumah yang ditinggalinya pun bukan
rumah super besar yang luas berhektar-hektar. Lantas apakah ia miskin? Asetnya
mencapai triliunan. Orang yang tak pernah kenal dirinya atau facebook mungkin
akan beranggapan bahwa ia orang biasa-biasa saja.
Saya juga kenal
seorang Bapak tua yang sehari-harinya mengendarai motor vespa tua. Mobilnya
hanya mobil Panther biasa. Bagaimana menurut Anda? Percaya tidak kalau dia
adalah bos pemilik sebuah perusahaan. Rumah barunya baru siap dibangun dengan
biaya lebih dari 10 miliar. Orang yang tidak mengenalnya mungkin akan menilai
bapak itu orang kecil. Ah, mana mungkin orang kaya. Mana ada orang kaya naik
Vespa. Betul? Itu salah.
Jadi, apa yang
terlihat dari luar belum tentu sama dengan yang di dalam. Siapa sebenarnya
seseorang bukan dinilai dari penampilan, tapi dari apa yang ada di balik
penampilan itu. Penampilan hampir selalu bisa menyamarkan apa yang ada di
baliknya.
Semoga bermanfaat
dan salam. Jangan lupa share artikel ini lewat Facebook atau Twitter.
---------------------------------------------------------------------------
No comments:
Post a Comment