Saat
Anda masih sekolah, mungkin Anda bermimpi ingin menjadi astronot, presiden,
orang terkaya di dunia atau ingin menjadi Superman. Dan saat menyatakan impian
tersebut, Anda malah disambut dengan tawa dan ejekan dari teman-teman sekelas. Bahkan
tidak jarang guru pun ikut tertawa ketika Anda ingin menjadi Spiderman.
Saat
Anda beranjak dewasa orang-orang seperti tetap ada. Di balik impian yang ingin
Anda capai, tetap saja ada beberapa orang yang menertawakan baik secara
terang-terangan di depan Anda atau di belakang Anda.
Selain
orang lain, kadang orang-orang tersebut sangat dekat hubungannya dengan Anda
yaitu orangtua, teman, kerabat bahkan sahabat sendiri.
Saat
Anda menyatakan impian, teman-teman Anda melongo beberapa saat lalu
menyentuhkan telapak tangannya di jidat Anda lalu berkata, “Kamu tidak salah
minum obat, kan?” kalau ditanya seperti itu, jawab saja, “Oh, iya. Aku tadi
pagi sakit perut tapi minum obat rabies.” Hahaha.
Mungkin
orangtua Anda akan menjawab, “Tolong jangan mimpi terlalu tinggi, nanti sewaktu
jatuh kamu pasti patah tulang dan kami akan bawa kamu ke dukun patah.”
Mungkin
pasangan Anda akan mengatakan, “Tolong berpikir lebih realistis. Papa mama kamu
miskin. Kakek nenek kamu miskin. Kakek dan nenek buyut kamu miskin bahkan
sampai nenek moyang dan mak engkong kamu. Bagaimana mungkin kamu bisa
berhasil?”
Mungkin
Anda mengalami sebuah kejadian di mana Anda diejek dan dihina habis-habisan. Anda
dipandang sebelah mata dan diremehkan.
Apa
yang Anda rasakan?
Anda
marah? Kecewa? Kesal? Stres? Sedih?
Hampir
semua orang merasa seperti itu. Tapi ada pula segelintir orang yang merasa
sebaliknya, yaitu makin tertantang. Mereka makin termotivasi. Hinaan yang
mereka dapat dijadikan sebagai cambuk yang membuat mereka makin bersemangat
meraih apa yang diimpikan.
Seorang
pria ditolak cintanya oleh seorang wanita karena tidak punya uang. Wanita
tersebut menghinanya dan mencampakkannya dan memilih pria lain. Pria tersebut
marah dan sedih serta kecewa. Wajar ia merasa seperti itu. Tapi semua perasaan
tersebut disalurkannya dalam bentuk tindakan masif di mana ia berjuang
habis-habisan hingga akhirnya menjadi orang sukses.
Saat
ia gagal dalam proses perjuangan, ia ingat kembali wanita yang telah menghina
dan mencampakkannya. Dan seketika itu pula semangatnya kembali terlecut.
Energinya kembali dicas penuh. Secara tidak langsung wanita itulah yang telah
membangkitkan potensinya secara penuh.
Pria
tersebut menyalurkan emosinya ke arah yang benar meski ia bisa saja
melakukannya apa yang dilakukan pria lain saat patah hati, yaitu mabuk-mabukan
sambil berteriak memanggil nama wanita itu, “Buteeeeeeeeeeeeeettttttttt. Kenapa
kau campakkan aku?”
Ini
hanya satu contoh dan ada banyak contoh lainnya. Saya yakin Anda pasti sudah
paham maksudnya. Marah, kecewa, kesal, stres, sedih, salurkan semua itu ke
dalam tindakan untuk meraih apa yang Anda impikan. Bila perlu tempel hinaan
tersebut di dinding kamar Anda. Bila Anda lelah dan ingin menyerah, lihat kembali
hinaan itu dan rasakan sakitnya. Jadikan itu sebagai api yang membuat Anda
terbakar dalam semangat yang membara.
Jika
Anda meyalurkannya ke arah yang salah, sia-sialah ledakan emosi tersebut.
bahkan dalam beberapa kasus malah akan membahayakan diri sendiri seperti
depresi berat atau mengeluarkan jurus lompat gedung.
Jadi
bagaimana mengubah ejekan dan hinaan menjadi semangat? Jawabannya adalah salurkan
ke arah yang benar. Jadikan itu sebagai alat pengecas yang bisa mengecas
motivasi Anda yang mungkin padam karena beberapa hal.
Jika
pintar memanfaatkan emosi negatif yang sedang Anda alami, Anda akan mengetahui
seberapa jauh Anda bisa melangkah dan seberapa besar impian yang sebenarnya
bisa Anda raih.
Semoga
artikel ini bermanfaat dan salam.
-----------------------------------------------------------------------------
Ingin tahu resep hidup bahagia? Pelajari lebih lanjut di sini.
-----------------------------------------------------------------------------
Instagram: @SuhardiMotivasi
amarah emang harus disalurkan ke tempat yang benar, kalo nggak bener bisa jadi tauran tuh kayak ababil
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
Delete