Social Icons

Pages

March 20, 2016

Mengubah Ejekan Dan Hinaan Menjadi Semangat

Saat Anda masih sekolah, mungkin Anda bermimpi ingin menjadi astronot, presiden, orang terkaya di dunia atau ingin menjadi Superman. Dan saat menyatakan impian tersebut, Anda malah disambut dengan tawa dan ejekan dari teman-teman sekelas. Bahkan tidak jarang guru pun ikut tertawa ketika Anda ingin menjadi Spiderman.

Saat Anda beranjak dewasa orang-orang seperti tetap ada. Di balik impian yang ingin Anda capai, tetap saja ada beberapa orang yang menertawakan baik secara terang-terangan di depan Anda atau di belakang Anda.

Selain orang lain, kadang orang-orang tersebut sangat dekat hubungannya dengan Anda yaitu orangtua, teman, kerabat bahkan sahabat sendiri.

Saat Anda menyatakan impian, teman-teman Anda melongo beberapa saat lalu menyentuhkan telapak tangannya di jidat Anda lalu berkata, “Kamu tidak salah minum obat, kan?” kalau ditanya seperti itu, jawab saja, “Oh, iya. Aku tadi pagi sakit perut tapi minum obat rabies.” Hahaha.

Mungkin orangtua Anda akan menjawab, “Tolong jangan mimpi terlalu tinggi, nanti sewaktu jatuh kamu pasti patah tulang dan kami akan bawa kamu ke dukun patah.”

Mungkin pasangan Anda akan mengatakan, “Tolong berpikir lebih realistis. Papa mama kamu miskin. Kakek nenek kamu miskin. Kakek dan nenek buyut kamu miskin bahkan sampai nenek moyang dan mak engkong kamu. Bagaimana mungkin kamu bisa berhasil?”

Mungkin Anda mengalami sebuah kejadian di mana Anda diejek dan dihina habis-habisan. Anda dipandang sebelah mata dan diremehkan.

Apa yang Anda rasakan?

Anda marah? Kecewa? Kesal? Stres? Sedih?

Hampir semua orang merasa seperti itu. Tapi ada pula segelintir orang yang merasa sebaliknya, yaitu makin tertantang. Mereka makin termotivasi. Hinaan yang mereka dapat dijadikan sebagai cambuk yang membuat mereka makin bersemangat meraih apa yang diimpikan.

Seorang pria ditolak cintanya oleh seorang wanita karena tidak punya uang. Wanita tersebut menghinanya dan mencampakkannya dan memilih pria lain. Pria tersebut marah dan sedih serta kecewa. Wajar ia merasa seperti itu. Tapi semua perasaan tersebut disalurkannya dalam bentuk tindakan masif di mana ia berjuang habis-habisan hingga akhirnya menjadi orang sukses.

Saat ia gagal dalam proses perjuangan, ia ingat kembali wanita yang telah menghina dan mencampakkannya. Dan seketika itu pula semangatnya kembali terlecut. Energinya kembali dicas penuh. Secara tidak langsung wanita itulah yang telah membangkitkan potensinya secara penuh.

Pria tersebut menyalurkan emosinya ke arah yang benar meski ia bisa saja melakukannya apa yang dilakukan pria lain saat patah hati, yaitu mabuk-mabukan sambil berteriak memanggil nama wanita itu, “Buteeeeeeeeeeeeeettttttttt. Kenapa kau campakkan aku?”

Ini hanya satu contoh dan ada banyak contoh lainnya. Saya yakin Anda pasti sudah paham maksudnya. Marah, kecewa, kesal, stres, sedih, salurkan semua itu ke dalam tindakan untuk meraih apa yang Anda impikan. Bila perlu tempel hinaan tersebut di dinding kamar Anda. Bila Anda lelah dan ingin menyerah, lihat kembali hinaan itu dan rasakan sakitnya. Jadikan itu sebagai api yang membuat Anda terbakar dalam semangat yang membara.

Jika Anda meyalurkannya ke arah yang salah, sia-sialah ledakan emosi tersebut. bahkan dalam beberapa kasus malah akan membahayakan diri sendiri seperti depresi berat atau mengeluarkan jurus lompat gedung.

Jadi bagaimana mengubah ejekan dan hinaan menjadi semangat? Jawabannya adalah salurkan ke arah yang benar. Jadikan itu sebagai alat pengecas yang bisa mengecas motivasi Anda yang mungkin padam karena beberapa hal.

Jika pintar memanfaatkan emosi negatif yang sedang Anda alami, Anda akan mengetahui seberapa jauh Anda bisa melangkah dan seberapa besar impian yang sebenarnya bisa Anda raih.

Semoga artikel ini bermanfaat dan salam.
-----------------------------------------------------------------------------
Ingin tahu resep hidup bahagia? Pelajari lebih lanjut di sini.
-----------------------------------------------------------------------------
Instagram: @SuhardiMotivasi

2 comments:

  1. amarah emang harus disalurkan ke tempat yang benar, kalo nggak bener bisa jadi tauran tuh kayak ababil

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete