Alkisah, pada suatu kala hiduplah
seorang pemuda yang hidup bersama kedua orang tuanya yang sudah tua. Kehidupan
mereka boleh dibilang biasa-biasa saja, malah kadang-kadang serba kekurangan.
Pemuda itu bekerja sebagai seorang buruh untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Usia kedua orang tuanya yang sudah tua membuat mereka tidak memungkinkan lagi
untuk bekerja mencari nafkah.
Pada suatu hari ayah pemuda itu sakit keras. Sayangnya, pemuda itu
tidak memiliki cukup uang untuk biaya pengobatan ayahnya. Akhirnya, sang ayah
tersebut hanya bisa diberi pengobatan sekadarnya, padahal pertolongan dari
dokter sangatlah penting. Dari hari ke hari penyakit ayahnya semakin memburuk
dikarenakan tidak adanya pengobatan dari dokter.
Sampai suatu hari mereka memperoleh keberuntungan yang tidak
disangka-sangka. Mereka diberi uang yang cukup banyak oleh orang yang tak
diketahui identitasnya. Orang tersebut menulis di kertas dan berpesan agar uang
tersebut digunakan untuk biaya dokter dan pengobatan ayahnya.
Pemuda tersebut dan ibunya
sungguh bahagia bukan main mendapat rezeki durian runtuh dari seseorang yang
tidak diketahui. Setelah beberapa hari, ayah pemuda itu semakin membaik
kesehatannya dan akhirnya sembuh dari sakitnya, berkat perawatan dari dokter.
Suatu hari pada saat berjalan
pulang dengan membawa makanan yang dibelinya, tiba-tiba seseorang di depan
menabraknya dengan cukup keras dan menyebabkan makanan yang dibeli terjatuh
berserakan di jalanan.
Ternyata orang yang menabraknya adalah tetangga sebelahnya yang
cukup kaya. Pemuda itu memang dari dulu tidak begitu suka dengan tetangganya
karena ia kaya dan menurutnya agak sombong. Langsung saja pemuda itu memaki
orang tadi sehingga membuat orang-orang disekeliling menoleh melihat mereka.
Walaupun tetangganya terus-menerus meminta maaf dan akan mengganti makanan yang
terjatuh, ia terus saja berteriak marah-marah dengan wajah mengerikan.
Meskipun begitu, tetangga itu tetap tenang dan tidak tersinggung.
Pemuda itu menyalahkannya meskipun bukan sepenuhnya kesalahannya. Pemuda itu
juga tidak melihat ke depan sehingga bertabrakan. Kejadian itu membuatnya
semakin menyalakan api kebencian kepada tetangganya.
Setelah ia pulang ke rumah, ibunya bergegas memanggilnya dan
berkata, “Anakku, tahukah kamu siapa sebenarnya orang yang sudah berbaik hati
memberikan uang kepada kita untuk biaya pengobatan ayahmu?”
Pemuda itu menggelengkan kepala sambil merasa penasaran siapa
sebenarnya orang tak dikenal yang sangat dermawan itu.
Kemudian ibunya dengan antusias berkata, “Orang itu adalah
tetangga kita yang di sebelah, ia sendiri yang mengatakannya setelah menjenguk
ayahmu tadi. Ia benar-benar baik, tutur katanya sopan dan rendah hati walaupun
kaya. Kamu harus ke rumahnya untuk berterima kasih atas kebaikan hatinya.”
Mendengar kenyataan ini, pemuda itu merasa malu karena ia tadi
baru saja memarahi tetangganya habis-habisan di jalan, padahal ia tak sengaja
menabraknya. Ia merasa tak seharusnya ia seperti itu hanya karena persoalan
kecil.
Pesan kepada pembaca:
Mungkin Anda sekarang sedang benci, merasa iri atau dengki
terhadap orang lain hanya dikarenakan Anda tidak menyukai mereka, atau mereka
bersalah kepada Anda atau bahkan Anda terlalu fokus kepada keburukan orang lain
sehingga Anda menutup mata terhadap kebaikan yang mereka miliki. Anda
sepatutnya memaafkan kesalahan mereka, karena tidak ada orang yang dapat luput
dari kesalahan. Lihat kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan terbebas dari
perasaan benci, tidak suka, iri maupun dengki.
Begitu juga dalam berinteraksi dengan orang lain. Jika Anda selalu
berfokus pada kebaikan-kebaikan yang mereka miliki, maka Anda akan lebih
bersikap hangat yang dapat menciptakan komunikasi yang harmonis. Dan orang lain
pun akan merasa bahwa Anda adalah orang yang menyenangkan.
No comments:
Post a Comment